Minggu, 13 Juni 2010

Kisah Wali Walet

Di tebing yg membentang luas, diatas lautan Utara,
terdapat kehidupan burung yg sangat gesit dan bersahaja,
burung seriti, Tuhan memberikan mereka nama.

Burung seriti hanya tahu jika bopo-biyung itulah penciptanya,
dan alam merupakan saudara tertua mereka.
Burung seriti sangat bijak dalam mengambil keputusan, selalu tepo saliro terhadap alam dan juga burung lain.
Begitulah adat dan kebudayaan para burung seriti ini,
atas khidmat laku para seriti sampai sarangnya pun terbuat dari hasil liurnya sendiri, tidak ingin merugikan alam, sungguh pribadi hewan yang adi luhung ..

Suatu ketika,
seekor betina seriti terbang dengan gesit, diantara karang-karang laut,
dengan sesekali mencari angin untuk membawanya terbang tinggi,
sesekali menahan seluruh paruhnya kemudian menukik tajam dari angkasa untuk sekedar mengecap asinnya air laut.
Saat betina seriti itu sedang asik menikmati alam,
tertambat kedua mata seriti pada tumpukan putih diatas karang-karang laut,
dengan kesadarannya, seriti terbang diatas tumpukkan tersebut,

Dalam hati betin seriti, mengucap, ohhh telur..
"mengapa sangat banyak dan dimana induk telur ini ?"
dengan rasa yang masih mengganjal dalam hati seriti, senja pun memanggilnya untuk kembali pada lingkungan yang telah menunggu kehadirannya.

Dalam remang malam setelah lama terdiam betina seritipun memberanikan diri menggugah sang jantan, dan menceritakan apa yang telah ia lihat pada saat terbang di atas laut. Sang jantan hanya mengucapkan nada lirih, "biarlah alam yang memberikan jawaban atas telur-telur itu" dan sekarang kau mesti memanjatkan doa agar telur-telur itu selamat dan bisa kita lihat besok pagi...

Tiada yang dapat menghalangi
Tiada yang dapat membentengi
Kehadiran sang surya menunjukkan pergantian akan hari
Telah dilaksanakan...

Ratusan burung pun mulai berterbangan....
mendaki dan menuruni bukit mencari kesujatian diri...

Seriti betina dengan mata yang sangat awas kembali mencari-cari telur yang ada diatas karang laut, dan sang Hyang alam memberikan sinar nya, memberikan petunjukkan atas kemauwan seriti betina. Kilau telur tersebut kembali terlihat dan "betapa indahnya," guman seriti betina.

Dengan gesit seriti betina menghampiri seriti jantan dan berkata
" lihat-lihat-lah .. itulah telur yang ku maksud.."
Seriti jantanpun mengikuti sang betina menuju arah telur-telur tersebut. Setelah sekian lama mengamati sang jantanpun berbicara,
" sungguhkah ini sebuah cobaan ? "
lihatlah hai betinaku itu telur-telur walet,
sudahkah kau mengerti bagaimana sifat walet dan
sudahlah tentu akan menurun pula pada keturunannya .. !!
Tapi jantanku,
aku seorang betina, aku tahu dan bisa mengerti bagaimana rasa memiliki telur dan telur menetas menjadi mahluk baru, mahluk atas karsa Hyang Jagat.. berilah aku kesempatan untuk mengerami telur-telur itu.
Sekian lama jantan berputar-putar diatas telur tersebut,
dan tanpa terasa pikirannyapun mulai menyeruak masuk kedalam sanubari mencoba mengerti akan maksud hati sang betina.
" Baik-lah" tiada salah kita menjadi pelantar atas apa yang menjadi kuasa alam, sahut sang jantan.

Selang Waktu lahirlah telur-telur tersebut, menjadi walet-walet yang perkasa yang mampu bergerak lebih cepat dan lebih gesit dari para seriti,
dan dengan keunggulannya tersebut, seringlah walet-walet membuat ulah mengganggu ketenangan kehidupan para seriti. Hingga suatu ketika saat sang kalacakhra menjadikan mereka dewasa,
para seritipun semakin terdesak karena sifat buas dan ganasnya para walet.

Seriti betina, yang saat lampau telah mengerami, memberikan semua suka cintanya dan kasih pun akhirnya terdesak dan tak mampu untuk berbicara, sedangkan sang jantan hanya tertegun akan sikap para walet yang telah di jadikan belahan keluarga dari keluarga besar sang seriti.

Pantai utara menggelegarkan ombaknya seiring dengan kegusaran para seriti,
Yang dirasakan hanya kemunafikan dari apa yang dilakukan para walet-wlaet tersebut...
Waktu akan selalu menjawab sebagai haknya dalam memutar kalacakhra,
Walet inipun berkembang dan berkembang, dengan berbagai cara, dengan cara yang mereka namakan petunjuk langit, petunjuk dari yang mereka sebut utusan, petunjuk dari utusan yang dahulu dipelihara oleh seekor seriti yang penuh kasih dan sayang.

Kini seriti betina hanya tinggal nama dan rasa yang tidak menentu, mencoba mencari kembali arti hakiki dari bopo biyung.
Sang walet dengan gegap gempita mencoba merebut segalanya, menguasai segalanya bahkan mengusir mereka yang dianggap sebagai leluhur tebing pantai utara.

-ya- keluarga seriti itupun terusir dan pergi menjadi bagian kecil-menjadi kecil hingga kenangan yang tersisa..

Teriakan sang walet-yang ada hanya arogansi, sang walet selalu berkata kamilah burung terakhir yang diciptakan langit, kamilah burung yang paling sempurna dan burung yang selalu disayang oleh alam dan Hyang Jagatnatha....
Lihatlah kegesitan kami lihatlah jumlah kami, ...
masihkah kau ragu untuk mengikuti Ku ?
....
....
seriti yang selalu berdiampun berbicara lirih,
hai kau walet, jika bopo biyung memang mengijinkan mu untuk menguasai alam cobalah kau kuasai lautan yang luas itu, bukalah mata hatimu dan mulailah kau berkata, "maafkan kami wahai leluruh, jika tidak ada dirimu, tebing ini tidak akan menjadi tempat Kami". Ingatlah itu!!

dan seriti tua kembali terbang dengan tenang, bagaikan ombak di lautan bebas tanpa gerak -bening- dan sangat dalam.

Tidak ada komentar: