Senin, 23 Agustus 2010

DIAM

Kayu selama beratus tahun tidak pernah bicara baik secara lisan atau pun tulisan, seingat ku, kayu memang diam. Dan sepengetahuan ku kayu tidak pernah berbicara.

Saat aku menyaksikan sebuah film kolosal, Lord Of The Ring, sekelompok kayu bisa berbicara, bisa bergerak, dan mampu memberontak atas apa yang menjadi perlakuan manusia.- Ia-kayu itu tidak seperti apa yg ku pahami, tidak seperti apa yang ku merti.

Dan tanpa kita sadari kelakuan kayu itu pun sering menjadikan kita mengikutinya, kelakuan diam dan berharap dari diam akan mendapatkan jawaban. Namun kita lupa jika maksud kayu itu diam bukan untuk mencari atau pun mendapatkan jawaban, kayu hanya diam, tidak meminta apa pun dari diam itu, Diam yang tulus dan ikhlas, bukan diam yang diliputi dengan keraguan, bukan diam yang diliputi dengan amarah. Hanya Diam titik.

Saat kita diam ada yang mengartikan dengan positif dan berkata coba meditasi-coba kesadaran, dan dalam diam kita berhalusinasi dengan puluhan tata cara meditasi, kita pun berasumsi jika langkah alam lah yang kita ikuti, maka peluang kesadaran akan bangkit, untuk apa?, untuk kesadaran, lalu? untuk kebahagiaan. Dan berbagai macam kata "untuk" telah menjerat kita, berbagai macam bentuk ikatan baru yang halus makin halus menjerat kita.

Alam tidak diam untuk sesuatu apa pun, kayu tidak diam untuk sesuatu apa pun, semua diam dalam diam mengembalikan segala kebisingan mengembalikan segala kekacauan dan menjadi diam yang ikhlas, diam yang tanpa rasa dan rupa, diam yang meditatif, yang alami tanpa ada alasan untuk diam itu sendiri.


By.Tj,lagi diam.

Sentuhan Kelembutan Mu



Tiada lain yang kutemukan

Rasa takut yang sangat

Selain takut kepada Mu,

Karena kesadaranku akan perbuatan yang salah.

Itulah sentuhan terlembutmu yang kurasakan saat ini.




sumber : JIWA YANG LELAH ; Dwi Rahayuningsih.




" Rasa takut, bukanlah merupakan suatu SUASANA, dimana akan dapat dibuat berubah-ubah dengan bantuan orang lain, Namun rasa takut disini merupakan suatu SIKAP, sikap yang hanya mampu disadari dan menyadari, disaat kemampuan ini tumbuh maka muncullah kesadaran. Untuk apa kesadaran ini? Tidaklah lain untuk memberikan pelayan sebagai seorang abdi Tuhan, kesadaran untuk memberikan karya yang tanpa pamrih dan tulus iklas". Seperti seorang ibu yang dengan lemah lembut memberikan peringatan pada anak, tentu itu bukanlah suatu sikap peringatan. Saat memberi peringatan walaupun dengan kata-kata yang keras, namun keras yang dengan ketulusan, keras yang iklas, tanpa embel-embel tanpa formalitas jika menginginkan ibu dipandang orang galak, tanpa keinginan agar anak bisa menurut, namun keras yang penuh kesadaran, penuh dengan pengabdian, "ya rabb, saat ini hamba berkata keras, namun berikanlah hamba kesadaran atas apa yang hamba katakan."



Disaat kesadaran menjadi pondasi kita, disaat itulah apa yang salah-benar, baik-jahat, tidak lagi berdiri bersebrangan, namun telah berada pada sisi cinta kasih, sisi kelembutan, sisi feminim.



Di tambahkan menurut pengertian saya (Tj) atas pemahaman karya yg indah ini.