Sabtu, 18 Oktober 2014

Ke Dalam Diri

Saat ini aku merenungkan rangkaian percakapan yang baru saja aku selesaikan bersama seorang kawan lama.
Tanpa melihat bagaimana perasaannya dan kondisinya kita komunikasi lewat sms.
Aku bertanya dengan panjang lebar; tanya ini dan tanya itu berharap komunikasi yang kita jalin akan asik, namun jawaban yang kuterima hanya ya dan tidak begitu terus hingga akhirnya aku tanya "apakah kamu tidak suka aku bertanya seperti ini ?"
Tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

Saat waktu berlalu aku kembali duduk dalam hening mencoba melihat kedalam diri; hingga aku mampu menemukan bahwa- bukan kawanku yang tidak suka atas apa yang aku tanyakan tetapi diriku sendirilah yang tidak mampu menerima jawaban yang telah ia berikan, aku kehilangan kendali untuk suatu pengharapan, bukannya membuat komunikasi yang bisa didengar dibaca dan dirasakan namun aku mengintrogasinya dengan segala pertanyaan yang pada akhirnya diriku sendiri tidak mampu menerima setiap jawabannya. Aku terikat oleh egoku sendiri.

Semoga setiap pelajaran dalam ayat-ayat yang tidak tersurat ini selalu dapat ku ingat dan menjadi sad guru dalam setiap perjalanan hidupku.

Minggu, 05 Oktober 2014

Kali mat

Aku tidak akan pernah bisa berjanji untuk selalu dapat menyelesaikan seluruh masalahmu, Namun aku hanya mampu untuk berusaha menemanimu dalam setiap permasalahan yang kau hadapi...

Senin, 09 Juli 2012

LAMPAUI KEGELISAHAN DENGAN MENEMUKAN JATI DIRI

Krishna:
Kau tidak berperang untuk memperebutkan kekuasaan;
kau berperang demi keadilan, untuk menegakkan Kebajikan.
Janganlah kau melemah di saat yang menentukan ini.
Bangkitlah demi bangsa, negeri, dan Ibu Pertiwi.

Arjuna:
Dan, untuk itu aku harus memerangi keluarga sendiri?
Krishna, aku bingung, tunjukkan jalan kepadaku.

Krishna:
Kau berbicara seperti seorang bijak,
namun menangisi sesuatu yang tak patut kau tangisi.
Seorang bijak sadar bahwa kelahiran dan kematian,
dua-duanya tak langgeng.
Jiwa yang bersemayam dalam diri setiap insan,
sungguhnya tak pernah lahir dan tak pernah mati.
Badan yang mengalami kelahiran dan kematian
ibarat baju yang dapat kau tanggalkan sewaktu-waktu
dan menggantinya dengan yang baru.
Perubahan adalah Hukum Alam – tak patut kau tangisi.
Suka dan duka hanyalah perasaan sesaat,
disebabkan oleh panca-inderamu sendiri
ketika berhubungan dengan hal-hal di luar diri.
Lampauilah perasaan yang tak langgeng itu.
Temukan Kebenaran Mutlak
di balik segala pengalaman dan perasaan.
Kebenaran Abadi, Langgeng
dan Tak Termusnahkan.
Segala yang lain diluar-Nya
sesungguhnya tak ada – tak perlu kau risaukan.
Temukan Kebenaran Abadi Itu,
Dia Yang Tak Terbunuh dan Tak Membunuh.
Dia Yang Tak Pernah Lahir dan Tak pernah Mati.
Dia Yang Melampaui Segala dan Selalu Ada.
Kau akan menyatu dengan-Nya,
bila kau menemukan-Nya.
Karena, sesungguhnya Ialah yang bersemayam
di dalam dirimu, diriku, diri setiap insan.
Maka, saat itu pula kau akan terbebaskan
dari suka, duka, rasa gelisah dan bersalah.
Kebenaran Abadi Yang Meliputi Alam Semesta,
tak terbunuh oleh senjata seampuh apapun jua.
Tak terbakar oleh api, tak terlarutkan oleh air,
dan tidak menjadi kering karena angin.
Sementara itu, wujud-wujud yang terlihat olehmu
muncul dan lenyap secara bergantian.
“Keberadaan” muncul dari “Ketiadaan”
dan lenyap kembali dalam “Ketiadaan”.
Jiwa tak berubah dan tak pernah mati;
hanyalah badan yang terus-menerus
mengalami kelahiran dan kematian.
Apa yang harus kau tangisi?
Badanmu lahir dalam keluarga para Satria,
ia memiliki tugas untuk membela negara dan bangsa.
Bila kau melarikan diri dari tanggungjawabmu,
kelak sejarah akan menyebutmu pengecut.
Bila kau gugur di medan perang,
kau akan mati syuhda, namamu tercatat sebagai pahlawan.
Dan, bila kau menang, rakyat ikut merayakan
menangnya Kebajikan atas kebatilan
Sesungguhnya kau tak perlu memikirkan
kemenangan dan kekalahan.
Lakukan tugasmu dengan baik.
Berkaryalah demi kewajibanmu.
Janganlah membiarkan pikiranmu bercabang,
bulatkan tekadmu, dan dengan
keteguhan hati, tentukan sendiri
jalan apa yang terbaik bagi dirimu.
Berkaryalah demi tugas dan kewajiban,
bukan demi surga, apa lagi kenikmatan dunia.
Janganlah kau merisaukan hasil akhir,
tak perlu memikirkan kemenangan maupun kegagalan.
Dengan jiwa seimbang,
dan tak terikat pada pengalaman
suka maupun duka,
berkaryalah dengan penuh semangat!
Bebaskan pikiranmu dari pengaruh luar;
dari pendapat orang tentang dirimu,
dan apa yang kau lakukan.
Ikuti suara hatimu, nuranimu.

Arjuna:
Bagaimana Krishna,
bagaimana mendengarkan suara hati?

Krishna:
Bebas dari segala macam keinginan
dan pengaruh pikiran,
kau akan mendengarkan dengan jelas
suara hatimu – itulah Pencerahan!
Saat itu, kau tak tergoyahkan lagi
oleh pengalaman duka,
dan tidak pula mengejar pengalaman suka.
Rasa cemas dan amarah pun terlampaui seketika.

Krishna:
Ia yang tercerahkan tidak menjadi girang
karena memperoleh sesuatu;
tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.
Dirinya selalu puas, dalam segala keadaan.
Pengendalian Diri yang sampurna
membuatnya tidak terpengaruh oleh
pemicu-pemicu di luar.
Ia senantiasa sadar akan Jati-Dirinya.

Krishna:
Keterlibatan panca-indera dengan
pemicu-pemicu di luar
menimbulkan kerinduan,
kemudian muncul keinginan.
Dan, bila keinginan tak terpenuhi,
timbul rasa kecewa, amarah.
Manusia tak mampu lagi membedakan
tindakan yang tepat dari yang tidak tepat.

Krishna:
Seorang bijak yang tercerahkan
terkendali panca-inderanya,
maka ia dapat hidup di tengah keramaian dunia,
dan tak terpicu oleh hal-hal diluar diri.
Demikian dengan keseimbangan diri,
ia menggapai kesadaran yang lebih tinggi.
Jiwanya damai, dan ia pun
memperoleh Kebahagiaan Kekal Sejati.

Krishna:
Pengendalian Diri menjernihkan pandangan manusia,
ia menggapai kesempunaan hidup.
Saat ajal tiba, tak ada lagi kekhawatiran baginya,
ia menyatu kembali dengan Yang Maha Kuasa.

Sabtu, 16 Juni 2012

KUNCUNG

Tidak ada yang aneh melihat kuncung, atau kuncir atau apalah ku menyebutnya. Saat kecil kuncir hal yang indah di mata anak kecil dan orang dewasa pun menyebutnya lumrah. Entahlah apa yang ada di pikiranku hingga kini pun aku masih ingat pada seorang wanita yang memiliki kuncir pirang, dengan hidung mancung dan kulitnya yang putih. Tertawa lepas di malam hari mendengar dongeng lucu dari negri entah berantah.
Saat ini wanita adalah mahluk Tuhan paling sexy bagi mata pria yang bukan gay ataupun waria, wanita bergerak lincah tanpa beban disaat ia masih perawan. Gulungan nasib membawanya melangkah lebih berat karena dukanya pada badan yang telah dijamah tuan.
Namun wanita yang bisa melepaskan muaknya pada badan akan melangkah lebih ringan, diantara kumbang yang menghisap madunya. Dia selalu tersenyum memendam duka dan mengikis lukanya dengan sabar hati.
"Oh, itu pikiran lelaki atas wanita yang sangat sempurna."
Namun sayang lelaki mahluk perkasa nan bodoh yang ingin terlihat bertenaga di hadapan mahluk yang lemah. Tentu ini bukan suatu hal yang hebat, pikiranku menyamakan hal ini dengan tikungan tajam yang tak tajam, begitu bodohnya.
Kuncung dan kuncir itu hanya untuk yang masih kecil dan Lumrah bagi orang dewasa.