Sabtu, 14 Agustus 2010

MAKNA PUASA KU

DALAM KEADAAN LAPAR KAU TERSEMBUHKAN DARI BERBAGAI MACAM PENYAKIT; 

karena itu puasa dianjurkan. Hampir semua agama dan semua tradisi menganjurkannya. Sayangnya, kadang maksudnya tak dipahami dengan baik. Bila masyarakat masih belum bisa memahami kebenaran di balik puasa, puasa pun dikaitkan dengan pahala dan kewajiban.

Puasa memang penting. Puasa adalah satu-satunya cara untuk mengistirahatkan mekanisme tubuh. Khususnya mekanisme atau sistem pencernaan.
Mekanisme yang satu ini berjalan terus tanpa henti, mulut yg mengunyah hanyalah proses awal dari pencernaan yang terlihat jelas oleh mata. Di balik itu masih ada serangkaian proses lain yang tidak terlihat oleh mata dan memakan waktu lebih lama.


Puasa bukanlah perpindahan jam makan karena kewajiban, ketidakberdayaan, atau peraturan. Puasa paksaan semacam itu tidak pernah mengistirahatkan pikiran dan perasaan. Keduanya malah tambah aktif dan bergejolak karena tidak memahami apa yang sedang dikerjakan oleh badan. Tidak heran bila dalam keadaan seperti itu yang terbayang sepanjang hari justru makanan dan minuman. Kemudian, badan pun tidak memperoleh manfaat semestinya. Saat berbuka puasa, ia cenderung makan berlebihan. Ia menjadi liar.

Berpuasalah dengan penuh kesadaran. Dengan penuh kesadaran akan manfaatnya bagi tubuh, bagi pikiran, bagi perasaan. Bagi keseluruhan pribadi mu. Puasamu tidak membantu siapa-siapa kecuali dirimu sendiri.
Puasa bukan hanya terkait dengan makan dan minum saja, masih ada 4 indra lain yang "suka" makan dan minum dan membutuhkan puasa. Manusia mendengar dengan sepasang telinga, bagi telinga apa yg terdengar itulah makanan dan minuman, bagi mata apa pun yang dilihat itulah makanan dan minuman, bagi hidung apa pun yang tercium itu merupakan makanan dan minuman. Dan bagi kulit apa pun yang dirasakan itulah makanan dan minuman.


Setiap indra yang melakukan kegiatan makan dan minum juga membutuhkan puasa. setiap indra membutuhkan istirahat. Mereka membutuhkan waktu untuk mencerna dengan baik apa yang telah diterimanya.

Seorang pembicara yang baik adalah seorang pendengar yang baik, karena saat mendengar sesungguhnya ia sedang puasa bicara. Saat itu, ia sedang mencerna apa yang terlihat olehnya. Dan seorang pendengar yang baik adalah seorang pembicara yang baik, karena ia telah mencerna dengan baik apa yang didengarkannya. Ia memiliki energi yang cukup untuk menyuarakan isi hati.


Pengendalian hawa nafsu, pengendalian diri, itu pun puasa. Melihat orang makan,minum, dan melakukan hubungan intim, "bila" saya tergoda dan puasa saya batal, saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa saja kecuali diri saya sendiri. Adalah kelemahan diri saya, kepincangan iman saya yang telah membatalkan puasa saya.

Tidak perlu membuat peraturan dan memaksakannya terhadap mereka yang belum sadar akan makna puasa. Peraturan-peraturan yang kita buat dan kita paksakan hanya membuktikan kebodohan kita. Kita pun belum tahu makna puasa.


Memayu Hayuning Bawono
Rahayu. Amin. Amen. Sadhu. Om Shanti

Tidak ada komentar: