Dalam
Bhagavata Purana 12.3.30 disebutkan; “
Sa kaler tamasa smrtah, ketika sifat alam tamas (kegelapan/kebodohan) begitu pekat menyelimuti penduduk dunia, masa itu disebut Kali-Yuga. “
Kaler prasupto bhavati sah, waktu ketika manusia tidur, itu di-sebut Kali-Yuga (
Manu Smrti IX.302)”.
Disini kata tamas (kegelapan) dan prasupto (tidur) berarti manusia
tidak insyaf pada hakekat dirinya sebagai jiva spiritual abadi. Karena
itu, Kali-Yuga disebut jaman kegelapan spiritual.
Kali-Yuga adalah
salah satu dari empat (catur) Yuga yang kondisi kehidupan manusianya
paling buruk dan paling jelek akibat kegelapan spiritual. Keempat Yuga
dimaksud adalah:
- Satya-Yuga
- Treta-Yuga
- Dvapara-Yuga, dan
- Kali-Yuga.
Menurut
Bhagavata Purana 12.3.27-30,
segala kegiatan di alam material ini terjadi karena interaksi Tri Guna,
tiga sifat alam material yaitu: sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan)
dan tamas (kegelapan). Ia (Tri-Guna) menyelimuti segala makhluk di alam
material. Dan ketiga unsurnya itu berinteraksi karena dipicu oleh sang
waktu, tenaga pengendali tak berwujud Sri Krishna. Yuga sebagai
pencerminan ketiga sifat alam material tersebut dapat diringkas sebagai
berikut.
Dari segi kenyamanan hidup, keempat Yuga tersebut
di ibaratkan sebagai musim yang berbeda-beda. Dari segi kualitas
kehidupan, keempat Yuga tersebut di ibaratkan sebagai logam yang
berbeda-beda. Dari segi spiritual, keempat Yuga tersebut di-ibratkan
sebagai kegiatan sang manusia yang berbeda-beda.
Berdasarkan
penelitian seksama terhadap Jyotir-Veda (ilmu Astronomi Veda), para
akhli (sarjana tradisional Veda) menyatakan bahwa Kali-Yuga mulai pada
tanggal 18 Pebruari 3102 SM ketika Raja Pariksit naik tahta Kerajaan
Hastinapura. Dikatakan bahwa pada hari itu ke 7 (tujuh) planet termasuk
Bulan dan Matahari tidak dapat dilihat dari Bumi, sebab mereka berjejer
lurus satu arah dibalik Bumi. Sementara itu, planet Rahu yang tidak bisa
dilihat mata telanjang, tepat berada diatas Bumi di langit yang gelap
gulita. Oleh karena tahun Masehi telah berlangsung selama 2006 tahun,
maka pernyataan bahwa Kali-Yuga mulai sekitar 5.100 tahun yang lalu
diakui sebagai kebenaran oleh para penganut ajaran Veda.
Diceritrakan
bahwa Raja Pariksit bertemu kepribadian Kali-Yuga dalam wujud seorang
sudra berkulit hitam dan berpakaian seperti Raja di tepi sungai
Saraswati ketika beliau memeriksa wilayah Kerajaannya. Si sudra sedang
menyiksa sapi jantan (perlambang dharma) dan sapi betina (perlambang
Bumi) dengan gada. Karena mohon maaf atas perbuatannya yang biadab, Raja
Pariksit tidak membunuh si sudra. Beliau mengusir si sudra keluar
wilayah Kerajaannya dan memperkenankan dia tinggal di 4 (empat) tempat
yaitu:
- Rumah Potong Hewan
- Tempat pelacuran
- Tempat perjudian, dan
- Tempat dimana emas disimpan.
Veda
menyatakan bahwa Bumi diliputi Kali-Yuga setelah Sri Bhagavan,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa , Krishna kembali ke tempat tinggalnya
Goloka-dhama di alam rohani. Dikatakan bahwa begitu Kali-Yuga memasuki
Bumi, maka pape yad ramate janah, manusia mulai bersuka-ria dalam
beraneka-macam kegiatan berdosa (
Bhagavata Purana 12.2.29).
Tetapi selama Sri Krishna masih menginjakkan kaki-Nya di Bumi
, tavat kalir vai prthivim parakrantun na casakat, selama itu pula Kali-Yuga tidak berdaya menguasai Bumi (
Bhagavata Purana 12.2.30).
Bhagavata Purana 12.2.31 menyatakan
bahwa Kali-Yuga berlangsung selama dvadasabda satatmakah, dua abad
deva, atau 1.200 tahun deva. Menurut tahun manusia, Kali-Yuga
berlangsung selama 1.200 x 360 = 432.000 tahun (1 hari deva = 1 tahun
manusia). Dari jumlah ini, 5.100 tahun telah berlalu, sehingga Kali-Yuga
punya jangka waktu berlangsung yang masih lama yaitu 426.900 tahun
manusia.
Dikatakan lebih lanjut oleh Veda bahwa Kali-Yuga
mulai mencengkram penduduk Bumi dengan kekuatannya penuh ketika kumpulan
bintang (planet) Sapta-Rishi bergerak dari garis edar Bulan yang
di-sebut Magha ke garis edar Bulan yang disebut Purvasadha yaitu ketika
Raja Nanda dan dinastinya mulai memerintah India (
Bhagavata Purana 12.2.32). Itu terjadi sekitar 1977 tahun SM (Sebelum Masehi).
Kali-Yuga sebagai jaman kemerosotan akhlak dan moral ditunjukkan oleh pernyataan-pernyataan Veda berikut.
Veda menyatakan,”
Sa kalir tamasa smrtah, Kali-Yuga disebut jaman tamas, kegelapan/kebodohan”
(Bhagavata Purana 12.3.30).
Tamas (kegelapan/kebodohan) adalah salah satu unsur Tri-Guna, tiga
sifat alam material yaitu sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan
tamas (kegelapan).
Mengenai sifat alam tamas ini, Veda
menjelaskan sebagai berikut, “Sifat alam tamas ini menyebabkan manusia
mengkhayal, sehingga manusia menjadi berpikir tidak waras, malas
dibidadang kerohanian dan banyak tidur”. Selanjutnya dikatakan,”
Adharmam dharman iti ya manyate tamasavrta, diliputi sifat tamas, manusia menganggap yang benar adalah salah dan yang salah adalah benar, sehingga
sarvarthan viparitams ca, segala kegiatannya menuju kearah sesat” (
Bhagavad Gita 18.32).
Penjelasan Veda lebih lanjut adalah sebagai berikut:
- Dalam
masa Kali-Yuga, manusia cendrung semakim rakus, berprilaku jahat
(korup) dan tidak mengenal belas-kasihan. Mereka bertengkar satu dengan
yang lain tanpa alasan benar. Mereka bernasib malang, diliputi
beraneka-macam keinginan material dan sudra-dasottarah prajah, mayoritas
tergolong sudra dan manusia tidak beradab (Bhagavata Purana 12.3.25).
- Kegiatan
tipu-menipu dan berbohong, malas dibidang kerohanian, banyak tidur dan
tindak kekerasan, kecemasan, kesedihan, kebingungan, ketakutan dan
kemiskinan merajalela (Bhagavata Purana 12.3.30).
- Karena
fakta-fakta tersebut, maka Kali-Yuga sering disebut sebagai jaman
kemerosotan akhlak dan moral, jaman perselisihan dan pertengkaran, jaman
kepalsuan, jaman edan, jaman kekalutan, jaman kemunafikan, jaman
penderitaan dan kesengsaraan.
Maha Rishi Sukadeva Goshwami menjelaskan 24 ciri Kali-Yuga kepada Raja Pariksit, yaitu;
- Dharma merosot dan Adharma berkembang subur.
- Kualitas, moral dan hidup manusia merosot.
- Manusia bertabiat Asurik (jahat).
- Manusia munafik dan curang.
- Raja, kepala da pejabat negara bermoral buruk dan rendah.
- Kekayaan material dan keniknatan indriyawi menjadi tujuan hidup.
- Hukum dan keadilan ditentukan oleh kekuasaan.
- Perkawinan berlangsung karena daya tarik material dan sex berdasarkan prinsip suka sama suka.
- Segala urusan dan hubungan bisnis berlandaskan tipu-muslihat.
- Para brahmana sibuk dengan urusan mengenyangkan perut dan memuaskan kemaluan.
- Aturan hidup varna-asrama dharma dicampakkan.
- Manusia selalu berpikir keliru.
- Kekuasaan dicapai melalui kekuatan.
- Rakyat menderita karena bencana alam, kelaparan, beban pajak, penyakit dan kecemasan.
- Wanita hidup bebas dan tidak suci.
- Veda dimengerti dengan pola pikir atheistik.
- Kota-kota dikuasai para bandit.
- Sapi dibunuh untuk makanan.
- Majikan dan pelayan saling tidak setia.
- Laki-laki dikendalikan wanita.
- Orang-orang sudra menipu melalui praktek kerohanian.
- Manusia menjadi amat individualistik.
- Manusia dan alam terkena polusi, dan
- Manusia melalaikan Tuhan karena berwatak atheistik.
Berikut diuraikan secara ringkas setiap ciri Kali-Yuga berdasarka sloka-sloka Veda.
Dharma merosot dan adharma berkembang
Tatas canudinam dharmah satyam saucam ksama daya kalena balina nanksyati,
dharma (agama) beserta ke-empat prinsipnya yaitu satyam (kejujuran),
saucam (kesucian diri), ksama (kesabaran) dan daya (kasih-sayang)
merosot dari hari ke hari karena pengaruh buruk Kali-Yuga (
Bhagavata Purana 12.2.1).
Yada mayanrtam tandra nidra himsa visadanam sa kalir tamasa smrtah,
ketika kegiatan tipu-menipu (maya), bohong-membohongi (anrta),
kemalasan spiritual (tandra), ketidak-insyafan pada diri (nidra), tindak
kekerasan (himsa) dan kecenasan (visadanam) merajalela di masyarakat
dunia, maka masa itu disebut Kali-Yuga, jaman kegelapan spiritual (
Bhagavata Purana 12.3.30).
Kualitas, moral dan hidup manusia merosot
Prayenalpayusah sabhya kalau asmin yuge janah mandah sumandaya-amatayo manda bhagya hy upadrutah, manusia Kali-Yuga pendek umur, malas dibidang kerohanian, malang, hidup sesat dan selalu cemas (
Bhagavata Purana 1.1.10).
Kalena balino rajan nanksyati ayuh balam smrtih, O sang Raja, usia, kekuatan pisik serta ingatan manusia merosot terus karena pengaruh buruk Kali-Yuga (
Bhagavata Purana 12.2.1).
Ksiyamanesu dehesu dehinam kali dosatah, badan jasmani (pisik) sang manusia akan semakim mengecil karena pengaruh buruk Kali-Yuga (
Bhagavata Purana 12.2.12).
Durbhaga bhuri-tarsah ca sudra dasottarah prajah,
manusia Kali-Yuga bernasib malang, diliputi beraneka macam keingianan
material dan mayoritas ter-golong sudra dan orang-orang tidak beradab (
Bhagavata Purana 12.3.25).
Tasmat ksudra-drso martyah ksudra bhagya mahasanah kamino vitahinas ca, karena pengaruh buruk Kali-Yuga, manusia jadi berpandangan pendek, bernasib malang, rakus makan, penuh nafsu dan hidup miskin
(Bhagavata Purana 12.3.31).
Anapady api mamsyante vartam sadhu jugupsitam, meskipun tidak dalam keadaan darurat/terdesak, manusia Kali-Yuga menganggap pekerjaan rendah/hina apapun adalah baik (
Bhagavata Purana 12.3.35).
Kalau kakinike vigrhya tyakta-sauhrdah tyaksyanti ca priyan pranan hanisyanti svakan api, pada jaman Kali orang-orang
saling
bermusuhan satu dengan yang lain karena masalah kecil yang tidak
berarti. Begitulah, dengan melupakan segala hubungan baik,mereka siap
mengorbankan nyawa dan bahkan mau membunuh sanak-keluarga sendiri (
Bhagavata Purana 12.3.41).
Manusia bertabiat asurik (jahat)
Tasmin lubdha duracara nirdayah suska-vairinah,
(pada jaman Kali) manusia jadi serakah, berwatak jahat (korup) dan
tidak mengenal belas-kasihan. Mereka bertengkar satu dengan yang lain
tanpa alasan benar (
Bhagavata Purana 12.3.25).
Manusia munafik dan curang
Vipratve sutram eva hi, seseorang disebut brahmana hanya karena dia memakai tali suci (
Bhagavata Purana 12.2.3).
Pandita capalam vacah, orang yang amat pintar berkatakata, dianggap sarjana terpelajar (
Bhagavata Purana 12.2.4).
Sadhutve damba eva tu, kemunafikan dianggap kebajikan (
Bhagavata Purana 12.2.5).
Satyatve dharstyam eva hi, dia yang punya keberanian bicara dan bertindak, dianggap orang benar (
Bhagavata Purana 12.2.6).
Yaso’rthe dharma sevanam, kegiatan keagamaan dilaksanakan semata-mata untuk memperoleh ketenaran/kemasyuran (
Bhagavata Purana 12.2.6).
Evam prajabhir dustabhir akirne ksiti mandale, Bumi dipenuhi oleh penduduk berwatak curang (
Bhagavata Purana 12.2.7).
Dharmam vaksyanty adharma-jna adhiruhyottamasanam, orang yang tidak tahu sedikitpun ajaran agama (dharma) duduk di kursi tinggi dan ber-pidato tentang prinsip-prinsip dharma (
Bhagavata Purana 12.3.38).
Raja, kepala dan pejabat negara berwatak rendah/buruk/korup
Mleccha-prayas ca bhu-bhrtah ete’dharmanrta parah phalgu dasa tivra manyawah,
hampir semua Raja/Kepala/Pejabat negara, adalah mleccha,orang-orang
tidak beradab. Mereka serakah, berwatak keras dan pemarah, mengabdi pada
kepalsuan dan kebatilan (
Bhagavata Purana 12.1.38).
Prajas te bhaksayisyanti mleccha rajanya rupinah, orang-orang mleccha dalam wujud para Raja/Kepala/Pejabat negara hanya menyebabkan rakyat menderita belaka (
Bhagavata Purana 12.1.40).
Praja hi lubdhai rajanyair nirghrnair dasyu-dharmabhih, rakyat diperintah oleh Raja/Kepala/Pejbat negera yang prilakunya tidak berbeda dari pada prilaku para pencuri
(Bhagavata Purana 12.2.8).
Rajanas ca praja-bhaksah, para Raja/Kepala/Pejabat negara kerjanya hanya memeras/menindas rakyat belaka (
Bhagavata Purana 12.3.32).
Kekayaan material dan kenikmatan indriyawi menjadi tujuan hidup
Vittam eva kalau nrnam janmacara gunodayah, (pada jaman Kali) kekayaan material dijadikan petunjuk kelahiran, prilaku dan sifat-sifat baik seseorang (
Bhagavata Purana 12.2.2).
Avrtya nyaya daurbalyam, orang miskin diperlakukan secara tidak adil (
Bhagavata Purana 12.2.4).
Anadhyata ivasadhutve, seseorang dianggap hina jikalau dia miskin
(Bhagavata Purana 12.2.5).
Udaram bharata svarthah, mengenyangkan perut menjadi tujuan hidup manusia (
Bhagavata Purana 12.2.6).
Ksudrah sisnodaram svarthah, manusia hanya perduli pada ikhtiar memuaskan perut dan kemaluan (
Bhagavata Purana 12.3.42).
Keadilan ditentukan oleh kekuasaan
Dharma nyaya vyavasthayam karanam balam eva hi, hukum dan keadilan ditetapkan oleh kehendak orang yang berkuasa
(Bhagavata Purana 12.2.2).
Perkawinan berlangsung karena daya tarik material dan sex berdasarkan prinsip suka sama suka
Dampatye’ bhirucir hetur, orang laki dan wanita kawin semata-mata karena daya tarik pisik yaitu ketampanan/kecantikan, kekayaan dan kedudukan material (
Bhagavata Purana 12.2.3).
Stritve pumstve ca hi ratir, seseorang dikatakan wanita atau lelaki sejati bila dia secara seksual berguna (
Bhagavata Purana 12.2.3).
Svikara eva codvahe, perkawinan terlaksana berdasarkan kesepkatan lisan belaka (
Bhagavata Purana 12.2.5).
Segala urusan dan hubungan bisnis berlandaskan tipu muslihat
Mayaiva vyavaharike, keberhasilan dalam ber-bisnis ditentukan oleh akhlian tipu-menipu (
Bhagavata Purana 12.2.3).
Panayisyanti vai ksudrah kiratah kuta-karinah, para pelaku bisnis berniaga secara licik dan memperoleh untung dengan cara menipu (
Bhagavata Purana 12.3.25).
Para brahmana sibuk dalam urusan memuaskan perut dan kemaluan
Sisnodara para dvijah, mereka yang disebut para brahmana hanya sibuk dalam urusan memuaskan perut dan kemaluan (
Bhagavata Purana 12.2.32).
Aturan hidup lembaga varna-asrama dharma dicampakkan
Lingam evasrama kyatau anyonyapatti karanam,
tingkat kehidupan spiritual (asrama) seseorang ditentukan ber dasarkan
ciri/simbul luar belaka. Dan berdasarkan ciri/simbul itu,seseorang
beralih dari satu tingkat asrama ke tingkat asrama berikutnya (
Bhagavata Purana 12.2.4).
Avrato bhatavo’sauca bhiksavas ca kutumbinah tapasvino grama vasa nyasi’
tyartha lolupah, para
brahmacari tidak melaksanakan vrata, pantangan-pantangan hidup dan
hidup kotor/berdosa. Para grhastha mencari nafkah dengan cara
meminta-minta/mengemis. Para vanaprashtha tinggal di desa, dan para
sannyasi rakus pada kekayaan material dunia fana (
Bhagavata Purana 12.2.33).
Manusia selalu berpikir keliru
Dure vary ayanam tirtham, tempat suci (tirtha) dimengerti sebagai suatu waduk kecil di tempat nan jauh (
Bhagavata Purana 12.2.6).
Lavyanam kesa dharanam, kecantikan/ketampanan dimengerti bergantung pada model rambut seseorang (
Bhagavata Purana 12.2.6).
Daksyam kutumba bharanam, orang yang mampu menghidupi keluarga disebut akhli (
Bhagavata Purana 12.2.6).
Snanam eva prasadanam, seseorang merasa dirinya bersih (suci) hanya karena sudah mandi (
Bhagavata Purana 12.2.5).
Kekuasaan dicapai melalui kekuatan
Brahma vit ksatra sudranam yo bali bhavita nrpah,siapapun
diantara ke-empat golongan sosial (varna) manusia di masyarakat yaitu
orang brahmana, kshatriya, vaisya dan sudra yang mampu memperlihatkan
diri sebagai yang paling kuat, maka dia menjadi Raja/Kepala/Pemimpin
negara (
Bhagavata Purana 12.2.7).
Rakyat menderita karena bencana alam, kelaparan, beban pajak, perang, penyakita dan kecemasan
Anavrstya vinaksyanti durbhiksa kara piditah, rakyat menderita sekali karena kemarau berkepanjangan, kelaparan meluas dan beban pajak amat memberatkan (
Bhagavata Purana 12.2.9).
Dikatakan
bahwa karena tidak mampu membayar pajak, bukan saja rumah dan harta
miliknya disita, tetapi juga anak dan istri seseorang diambil dan
dijadikan budak oleh sang Penguasa untuk melunasi tunggakan pajak. Dalam
keadaan demikian dikatakan,”
Acchina dara dravina yasyanti giri kananam, dengan kehilangan istri dan anak, orang-orang akan lari menyelamatkan diri ke hutan di gunung-gunung” (
Bhagavata Purana 12.2.10).
Sita vatapata pravrd himair anyonyatah prajah ksut-trdbhyam vyadhibhir caiva sabta pasyante ca cintaya,
rakyat amat menderita karena udara sangat dingin, angin berhembus amat
kencang, panas matahari menyengat, hujan amat deras dan salju amat
tebal. Mereka juga tambah sengsara karena perang, kelaparan, dahaga,
penyakit dan kecemasan tiada henti (
Bhagavata Purana 12.2.10).
Soka mohau bhayam dainyam, manusia (jaman Kali) selalu sedih, mengkhayal/bingung, takut dan hidup miskin (
Bhagavata Purana 12.2.30).
Nityam udvigna manaso durbhiksa kara karsitah niranne bhutale rajan anavrsti bhayaturah vaso’nna pana sayana vyavaya snana bhusanaih hinah pisace sandrsa bhavisyanti kalau prajah,
pada jaman Kali pikiran manusia selalu gelisah. Tubuh mereka kurus
karena kelaparan dan beban pajak amat berat, dan mereka selalu dihantui
rasa takut pada kemarau panjang. Mereka tidak cukup pakaian, tidak cukup
makan dan minum, tidak cukup istirahat, tidak menikmati hubungan badan
(sex) teratur, tidak pula mandi teratur dan tidak ada perhiasan menghias
tubuhnya. Mereka akhirnya kelihatan seperti hantu menakutkan (
Bhagavata Purana 12.3.39 – 40).
Wanita hidup bebas dan tidak suci
Svairinyas ca striyo’ satih, para wanita hidup tidak suci dan bebas bepergian kemana saja dan ber-gaul dengan siapa saja (
Bhagavata Purana 12.3.31).
Gata-hriyah sasvat katuka-bhasinyas caurya mayaru sahasah, para wanita kehilangan rasa malunya, berbicara kasar, berkelakuan seperti pencuri, suka menipu dan selalu menentang (
Bhagavata Purana 12.3.34).
Veda dimengerti dengan pola pikir atheistik
Veda pasandi dusitah, kitab suci Veda dimengerti dengan pola pikir atheistik (
Bhagavata Purana 12.3.32).
Kota-kota dikuasai para bandit
Dasyutkrsta janapada, kota-kota dikuasai oleh para bandit (
Bhagavata Purana 12.3.32).
Sapi dibunuh untuk makanan
Gas capayasvinih, sapi dibunuh untuk makanan jikalau tidak lagi menghasilkan susu (
Bhagavata Purana 12.3.36).
Majikan dan pelayan saling tidak setia
Patim tyaksyanti nirdravyam bhrtya apy akhilottamam bhrtyam vipannam patayah kaulam,
pelayan meninggalkan si majikan yang telah kehilangan kekayaan,
meskipun sang majikan adalah orang suci denga sifat-sifat tauladan.
Sebaliknya, majikan memecat pelayan yang tidak lagi mampu bekerja,
meskipun si pelayan telah mengabdi kepada keluarga si majikan selama
puluhan tahun (
Bhagavata Purana 12.3.36).
Laki-laki dikendalikan wanita
Pitr-bhratr suhrj-jnatim hitvasaurata sauhrdah hanandr-syala samvada strainah kalau narah,
pada jaman Kali, laki-laki bernasib malang dikendalikan wanita. Mereka
tidak perduli kepada ayah, saudara, sanak keluarga dan sahabat.
Sebaliknya, mereka intim dengan saudara lelaki dan saudara perempuan
sang istri. Begitulah, pola persahabatan mereka semata-mata berlandaskan
pada hubungan dengan sang istri (
Bhagavata Purana 12.3.37).
Orang sudra menipu melalui praktek kerohanian
Sudrah pratigraha hisyanti tapo veso pajivinah, orang sudra menerima amal atas nama Tuhan dan mencari nafkah dengan berlagak seperti pertapa dengan berpakaian sannyasi (
Bhagavata Purana 12.3.38).
Manusia menjadi amat individualistik
Na raksisyanti manusah sthavirau pitarau api putran bharyam ca kula jam, para lelaki tidak lagi melindungi orang-tuanya yang lanjut usia. anak-anaknya dan juga istrinya (
Bhagavata Purana 12.3.42). Dengan kata lain, para lelaki hanya perduli pada keselamatan dirinya sendiri.
Alam dan manusia terkena polusi
Pumsam kali-krtam dosan dravya desatma sambhavam, pada jaman Kali barang-barang, tempat-tempat dan bahkan orang-orang pribadi terkena polusi
(Bhagavata Purana 12.3.45).
Dikatakan bahwa polusi yang semakim mengganas
menyebabkan krsya-kayah, pisik sang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan pohon semakim mengecil.
Ksiyamanesu dehesu dehinam kali dosatah, karena akibat buruk Kali-Yuga berupa polusi (dosah), badan jasmani segala makhluk akan menjadi semakim kecil (
Bhagavata Purana 12.2.12).
Cchaga prayesu dhenusu, sapi akan menjadi sebesar kambing
(Bhagavata Purana 12.2.14).
Anu prayesu osadhisu sami prayesu sthanusu,
tanaman dan tumbuhan akan menjadi begitu kecil, dan pohon-pohon akan
nampak seperti pohon sami kerdil (Bhagavata Purana 12.2.15).
Manusia melalaikan tuhan karena berwatak atheistik
Kalau
na rajan jagatam param gurun tri-loka nathanatha pada pankajam prayena
martya bhagavantam acyutam yaksyanti pasanda vibhinna cetasah, O
sang Raja, pada jaman Kali kecerdasan manusia digelapkan oleh paham
atheistik, dan mereka tidak menghaturkan yajna kepada Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa, Acyuta yang merupakan guru seluruh alam semesta.
Meskipun para kepribadian mulia yang dikuasakan mengendalikan seluruh
Tri-loka sujud pada kaki padma Beliau, tetapi manusia Kali-Yuga yang
berpikiran picik dan hidup merana tidak mau berbuat begitu
(
Bhagavata Purana 12.3.43).
Yan
namadheyam mriyamana aturah patam skhalam va vivaso grnam puman
vimukta-kamargala uttamam gatim prapnoti yaksyanti na tam kalau janan,
diliputi rasa takut pada saat ajal menjelang, sang manusia pingsan
diatas tempat tidurnya. Walaupun suaranya sudah tersendat-sendat dan dia
sendiri sulit menyadari apa yang dirinya sedang katakan, tetapi jika
dia mau mengucapkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa, maka dia bisa
melepaskan diri dari segala reaksi kegiatan pamerihnya yang berdosa dan
mencapai alam rohani. Tetapi manusia Kali-Yuga ini tidak mau memuja
Tuhan dengan cara demikian (
Bhagavata Purana 12.3.44).
Kondisi hidup manusia menjelang kali-yuga berakhir
Ksiyamanesu dehesu dehinam kali dosatah, karena akibat buruk Kali-Yuga berupa polusi (dosah), badan jasmani segala makhluk akan menjadi semakim mengecil (
Bhagavata Purana 12.2.12).
Varnasrama vatam dharme naste veda pathe nrnam,
prinsip-prinsip dharma para penganut lembaga Varna-Asrama lenyap, dan
jalan kerohanian Veda sama sekali di-lupakan di masyarakat manusia (
Bhagavata Purana 12.2.12).
Pasanda pracure dharme dasyu prayesu rajasu, apa yang disebut dharma (agama) adalah doktrin atheistik dan para Raja/Kepala/Pejabat negara semuanya berwatak pencuri (
Bhagavata Purana 12.2.13).
Cauryanrta-vrtha himsa nanavrttisu vai nrsu, orang-orang cari nafkah dengan menjadi penipu, pencuri, bandit, jagal atau pelaku tindak kekerasan lain (
Bhagavata Purana 12.2.13).
Sudra prayenu varnesu cchaga prayesu dhenusu, golongan sosial (varna) di masyarakat hampir semuanya merosot menjadi sudra, dan sapi menjadi sebesar kambing (
Bhagavata Purana 12.2.14).
Grha prayesu agramesu yauna prayesu bandhusu,
asrama-asrama kerohanian menjadi seperti rumah orang-orang
meterialistik, dan hubungan keluarga menjadi terbatas sampai pada ikatan
perkawinan saja (
Bhagavata Purana 12.2.14).
Anu prayesu osadhisu sami prayesu sthanusu, tanaman dan tumbuhan menjadi berukuran kecil sekali, dan pohon-pohon nampak seperti pohon sami kerdil
(Bhagavata Purana 12.2.15).
Vidyut
prayesu meghesu sunya prayesu sadmasu, awan dan mendu ng dilangit penuh
dengan kilatan cahaya petir, dan rumah-rumah penduduk hampa kegiatan
rohani (
Bhagavata Purana 12.2.15).
Tada niranne hy anyonyam bhaksyamanah ksudharditah,
ketika Kali-Yuga menjelang berakhir, penduduk yang kelaparan (akibat
kekeringan yang berkepanjangan), saling bunuh dan saling makan satu
dengan yang lain (
Bhagavata Purana 12.4.7).
Ittam
kalau gata praye janesu khara dharmesu, begitulah ketika Kali-Yuga
menjelang berakhir, hampir semua manusia menjadi seperti keledai (yaitu
bodoh, malang dan menderita sekali) (
Bhagavata Purana 12.2.16).
Singkatnya, kelak ketika Kali-Yuga menjelang berakhir, manusia akan hidup seperti binatang saja. Mereka disebut
dvi-pada-pasuh,
binatang berkaki dua. Dengan berpegang pada adharma sebagai pedoman
hidupnya, manusia tidak lagi mengenal etika, sopan-santun, tata-susila,
moralitas atau budi pekerti. Dikatakan,”
Sva vid varahostra kharaih samsthutah purusah pasuh, manusia hidup seperti binatang dan dari antara mereka sendiri, mereka pilih yang (secara pisik) paling kuat jadi pemimpin” (
Bhagavata Purana 2.3.19). Maka praktis manusia terbenam dalam samudra derita kehidupan material biadab dan berdosa