Karena, apa yang kita lakukan untuk keluarga kita, rumah kita – tak
bisa disebut pelayanan. Ini adalah kewajiban kita, tanggungjawab kita.
Dan, sehingga, pelayanan tak di mulai di rumah. Pelayanan harus di mulai
di luar rumah kita. Pelayanan lahir dari rasa welas asih pada mereka
yang jauh dari kita, yang merupakan orang asing, yang tak kita kenal
secara personal….Tapi, yang sedang menderita, yang tengah membutuhkan
pelayanan kita.’
Dengan melayani keluarga kita sendiri, kita tak membuktikan apapun.
Kita justru mengingkari ikatan yang kita ciptakan sendiri. Apa yang
kulakukan untuk mereka adalah bagian dari tugas keluarga – tak lebih
dari itu. Dan, akan tiba saatnya kewajiban semacam itu berakhir.
Misalnya saat kamu tak harus lagi membiayai kehidupan anak-anakmu.
Kewajiban pasti berakhir, Pelayanan tak bernah berakhir.
Pelayanan adalah sejenis Persembahan Kasih yang dilakukan tanpa beban
apapun. Saat kamu tak harus melakukan sesuatu, tapi kamu tetap memilih
melakukannya – maka, kamu menjadi Pelayan.
Sebuah sistem kepercayaan yang memaksamu melakukan pelayanan,
sejatinya justru kehilangan rasa pelayanan itu sendiri. Sesungguhnya tak
ada satu sistempun yang bisa melahirkan hati yang penuh pelayanan.
Pemilik hati yang penuh kasih tak butuh iming-iming untuk melakukan
tindak pelayanan. Ia tak butuh kapling di surga yang nyaman setelah
kematian. Ia tak butuh motivasi apapun, segala motif luaran, untuk
melakukan pelayanan.
Jika kamu merasa iba pada penderitaan rakyat Lebanon hanya karena
mereka pemeluk agama yang sama denganmu – maka kamu tak layak disebut
pelayan. Kamu harus merasakan bahwa penderitaan mereka karena memang
mereka sungguh menderita. Dan, ini sangat tidak manusiawi membuat orang
lain menderita. Di balik penderitaan rakyat Lebanon, bukan hanya Israel
yang bersalah. Kelompok Hisbullah juga sama salahnya. Mereka seperti
negara dalam negara. Dan, oleh karena itulah, Negara Lebanon bersalah
pula. Bagaimana bisa mereka membiarkan tumor ganas organisasi militan
semacam itu eksis di tubuh negara mereka?
Jika kamu mendukung agresi Israel hanya kerena kamu terlahir sebagai
seorang Yahudi, maka kamu menjadi agresif pula. Lantas, kamu juga
bersalah karena tindak kriminal dan kekerasan semacam ini. Apakah kamu
tak pernah berfikir bahwa kamu bukanlah pelayan dengan mendukung agresi
semacam itu?
Pelayanan tak bisa dilakukan dengan hanya mendukung sebuah ideoloi saja.
Pelayanan harus dilakukan untuk mendukung nilai-nilai universal.
Pelayanan macam apa yang terkandung dalam sebuah agresi?
Seorang pengacara atau tim pengacara yang membela teroris juga tak
layak disebut pelayan, walau mereka mengkalim demikian. Mereka mengkalim
bahwa mereka tak mendapat bayaran dari para teroris tersebut. Itu
membuat mereka tak lebih baik dari para teroris itu sendiri. Mereka
berjuang untuk sebuah ideologi kekerasan, sebuah ideologi yang tak bisa
disebut pelayanan. Kebajikan macam apa yang dilakukan dengan membunuh
orang-orang yang tak bersalah, mengebom area publik dan merusak citra
negara sendiri?
Sebuah kebajikan selalu membawa kebahagiaan bagi banyak orang, bagi
sebanyak mungkin orang, ya sebanyak mungkin. Dan, orang yang penuh
pelayanan ialah ia yang terlibat dalam hal semacam ini.
Orang yang penuh pelayanan, seseorang yang hatinya penuh kasih, tak
bisa dibatasi dengan empat tembok dalam rumahnya sendiri. Orang semacam
ini selalu mencoba keluar dari dalam rumahnya, untuk membebaskan dirinya
dari segala kewajiban, sehingga mereka bisa melayani semua.
Dengan mengatakan ini, tentu saja aku tak bermaksud bahwa mereka
harus melarikan diri dari tanggungjawab. Tidak. Justru mereka bekerja
super keras untuk memenuhi segala kebutuhan mereka, menyelesaikan
tanggungjawab atas keluarganya – sehingga dapat melakukan hal lain.
Sehingga mereka dapat bergerak dan bertindak demi nilai-nilai yang lebih
tinggi.
Donasi, cara ini, adalah hanya satu aspek dari pelayanan. Ini sama
sekali bukan aspek satu-satunya. Dalam realitasnya kamu tak dapat
mendonasikan apapun tanpa rasa pelayanan. Saat kamu mendonasikan secara
tak ikhlas, kamu tak bisa di sebut pelayan. Ini juga tak bisa di sebut
pelayanan saat kamu membagi unag supaya mendukung partai tertentu yang
memiliki agenda terselubung dalam pemilu. Setiap donasi yang diberikan,
setiap tindakan pelayanan yang dilakukan, segala sesuatu yang
dilaksanakan dengan ekspetasi tertentu – tak bisa disebut sebagai
pelayanan.
Pelayanan dilakukan tanpa mempedulikan hasil.
Pelayanan dilakukan semata karena kamu penuh kasih. Ini adalah bagian dari fitrahmu. Segala sesuatu yang tak alamiah – bukanlah pelayanan.
Pelayanan dilakukan semata karena kamu penuh kasih. Ini adalah bagian dari fitrahmu. Segala sesuatu yang tak alamiah – bukanlah pelayanan.
Belajarlan menjadi pelayan dari alam sekitarmu.
Matahari memberimu cahaya tanpa ekspektasi apapun. Bulan bersinar tanpa berharap balasan. Angin berhembus karena memang berhembus adalah perannya dalam alam ini. Air mengalir atas iramanya sendiri. Dan, kita menerima rahmah, manfaat dari mereka semua. Kita mengambil manfaat dari mereka karena semata menjalankan peran dalam alam ini. Mereka tak menginginkan hal yang lain.
Matahari memberimu cahaya tanpa ekspektasi apapun. Bulan bersinar tanpa berharap balasan. Angin berhembus karena memang berhembus adalah perannya dalam alam ini. Air mengalir atas iramanya sendiri. Dan, kita menerima rahmah, manfaat dari mereka semua. Kita mengambil manfaat dari mereka karena semata menjalankan peran dalam alam ini. Mereka tak menginginkan hal yang lain.
Dengan menjadi pelayan, kita menjadi diri kita sendiri.
Dengan menjadi arogan dan tak melayani, kita melawan takdir kita sendiri. Sebagai akibatnya kita menciptakan masalah bagi diri kita sendiri.
Dengan menjadi arogan dan tak melayani, kita melawan takdir kita sendiri. Sebagai akibatnya kita menciptakan masalah bagi diri kita sendiri.
Dengan menjadi pelayan, kita tak melakukan apapun demi kebaikan orang lain.
Sesungguhnya, sebuah tindakan pelayanan bermanfaat bagi diri kita sendiri – karena ia menghubungkan kita dengan takdir kita! Jadilah seorang pelayan, sehingga, ini demi kebaikan diri kita sendiri.
Sesungguhnya, sebuah tindakan pelayanan bermanfaat bagi diri kita sendiri – karena ia menghubungkan kita dengan takdir kita! Jadilah seorang pelayan, sehingga, ini demi kebaikan diri kita sendiri.
Keluar, tinggalkan cangkangmu, dan terjunlah ditengah-tengah mereka
yang miskin, rapuh, tak berdaya…Rasakan penderitaan mereka, rasa lapar
dan kehauasan mereka….rasakan itu semua sampai air mata menetes dari
kelopak matamu dan hatimu berdarah…Dan, kamu akan secara otomatis sekali
bergerak untuk melayani mereka. Pelayanan macam ini menjangkau mereka
yang paling diabaikan, menurut pendapatku, ini adalah pelayanan yang
sesungguhnya.
Kamu tak harus menunggu pers datang dan meliput aksi pelayananmu ini.
Pelayanan tak ada kaitannya dengan liputan media. Hari ini koran masih
berharga untuk dibaca besok hanya menjadi limbah kertas saja. Jadi,
jangan terlalu menghiraukan liputan media!
Jangan kamu bertindak seperti para politisi malang dan partai politik
yang menghamburkan uang untuk iklan dan kampanye tentang pelayanan
ketimbang melakukan tindakan pelayanan itu sendiri!
Hal lain yang amat penting. : Menjadi pelayan berarti juga menjadi
amat cerdas. Pelayanan adalah sebuah tindakan yang berasal dari pikiran
yang tajam. Otak yang tumpul hanya bisa mendonor uang dan mereka tak
bisa melayani. Dan kita, kita telah melihat perbedaan antara keduanya.
Orang yang tumpul pemahamannya tak bisa melakukan pelayanan – paling
banter mereka bisa membantu. Dan, hal ini menggelembungkan ego mereka.
Bantuan semacam ini tak meningkatkan kesadaran mereka sama sekali.
Beberapa waktu lalu ketika rangkaian gempa bumi meluluh–lantakkan
kota Jogjakarta, banyak orang, organisasi, bahkan pejabat datang untuk
membantu. Saat ini mereka tak begitu lagi membutuhkan pangan, obat dan
pakaian. Teman kita yang mengikuti perkembangan situasi ini dari dekat
dan intens memutuskan untuk melayani dalam satu hal yang amat spesifik
yang tak seorangpun sama sekali memikirkannya, yakni membantu mereka
mengatasi stres dan trauma. Untuk mengangkat kembali semangat mereka dan
energi kehidupan sehingga mereka dapat kembali bekerja tak hanya
mengantri di depan dapur umum gratisan yang banyak tersebar di daerah
tersebut. Mereka berhasil, dan Pemerintah daerah mengetahui hal ini dan
mengunjungi posko mereka, bahkan bernyanyi dengan mereka. Ini adalah
cara yang cerdas untuk melakukan pelayanan. Ini menjadi sebuah pelayanan
dalam arti yang sesungguhnya.
Curahkan waktumu; berikan energimu. Pada hal yang penting. Banyak
orang bisa memberi uang, tapi hanya sedikit yang benar-benar bisa
memberikan waktu dan energinya. Jangan kamu menjadi bagian dari banyak
sukarelawan yang sering kamu lihat, tak satupun dari mereka yang
benar-benar sukarelawan. Sebagian besar dari mereka dibayar, entah oleh
pemerintah atau oleh institusi yang mereka wakili. Banyak dari mereka
yang disewa oleh apa yang di sebut LSM, mereka menuntut bayaran lebih
banyak ketimbang gajimu dan gajiku. Mereka adalah pekerja biasa, mereka
bekerja untuk hidup. Mereka mendapat bayaran untuk pekerjaan mereka. Dan
tak pantas disebut pelayan.
Aku tak mengatakan bahwa mereka tak dibutuhkan. Mereka dibutuhkan
juga. Tapi mereka bukanlah sukarelawan dalam arti kata yang sebenarnya.
Mereka pekerja bayaran. Mungkin instrtusi yang mereka wakili menyebut
sebagai pelayan. “Mungkin”, karena walau tetap ada pengecualian. Banyak
institusi yang memiliki agenda terselubung yakni mempromosikan ideologi
tertentu lewat karya pelayanan mereka.
Sepenuhnya pilihan ada ditanganmu, sekarang – kamu mau menjadi
pelayan atau pekerja bayaran. Jika kamu memilih menjadi pelayan, maka
persiapkan dirimu untuk waktu-waktu yang penuh kerja keras di masa
depan. Karena pelayanan menuntut pengorbanan. Pelayanan sinonim dengan
pengorbanan. Hanya meluangkan sejumlah waktu dan energi untuk cita-cita
ini mungkin tak bakal cukup. Kamu harus menyerahkan kepalamu untuk ini.
Dan itulah Puncak Tindakan Pelayanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar