Saat duduk diantara nisan, tidak satupun yang bisa diajak bergurau,
semua diam, yang tersisa hanyalah cerita. Cerita yang selalu dikenang
dan tidak akan pernah dilupakan oleh sebagian dari kita. Cerita yang
menyayat hati tentang kehidupan yang menyakitkan, cerita yang memberikan
inspirasi semasa hidupnya yang berpegang teguh pada keyakinan ataupun
cerita yang memalukan.
Namun saat semua ditinggalkan semua
hanya kenangan. Bahkan adapula yang bukan untuk dikenang namun
menjadikan air mata menetes disaat ingatan kembali berseru.
Untuk beberapa saat aku mulai meresapi arti sebuah nisan, tulisan indah sebuah nama kematian.
Telah
lama aku berjalan dalam ketidaktahuan dan kematian seakan sangat
menakutkan. Untuk siapa semua ini ,? Bahkan terlalu rajin ku
menanyakannya hingga jawaban yang telah diberikan Nya padaku seakan
hilang ditengah keramaian suara pikiran.
Kematian berikan
aku jawaban atas pertanyaan ini,darimana kuburan yang siap menerimaku
dan siapa yang akan pantas tumbuh diatasku menjadi ilalang dan rumput
liar? Ku tak lagi menanyakan kemana aku setelah kematian. Cerita itu
hanya kebodohan pikiranku yang takut kutinggalkan. Kematian selalukah
menjadi ketakutan bila akhirnya ku mampu menjawab, bahwa ragaku bukanlah
milik kematian, ragaku tidaklah mati. Yang mati itu kematian itu
sendiri.
Sampai kini aku menundukkan kepala pada nisan,
yang telah menghidupkan kembali setiap kematian. Hidup dan nyata
sebagaimana kenyataan yang memberikan jawaban atas indahnya kematian.
Datanglah dan ku masih setia menunggumu, sama seperti aku setia ménantikan saat dilahirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar