Sabtu, 22 Oktober 2011

PELAYANAN TAK DI MULAI DI RUMAH

Karena, apa yang kita lakukan untuk keluarga kita, rumah kita – tak bisa disebut pelayanan. Ini adalah kewajiban kita, tanggungjawab kita. Dan, sehingga, pelayanan tak di mulai di rumah. Pelayanan harus di mulai di luar rumah kita. Pelayanan lahir dari rasa welas asih pada mereka yang jauh dari kita, yang merupakan orang asing, yang tak kita kenal secara personal….Tapi, yang sedang menderita, yang tengah membutuhkan pelayanan kita.’ 

Dengan melayani keluarga kita sendiri, kita tak membuktikan apapun. Kita justru mengingkari ikatan yang kita ciptakan sendiri. Apa yang kulakukan untuk mereka adalah bagian dari tugas keluarga – tak lebih dari itu. Dan, akan tiba saatnya kewajiban semacam itu berakhir. Misalnya saat kamu tak harus lagi membiayai kehidupan anak-anakmu.

Kewajiban pasti berakhir, Pelayanan tak bernah berakhir.

Pelayanan adalah sejenis Persembahan Kasih yang dilakukan tanpa beban apapun. Saat kamu tak harus melakukan sesuatu, tapi kamu tetap memilih melakukannya – maka, kamu menjadi Pelayan.
Sebuah sistem kepercayaan yang memaksamu melakukan pelayanan, sejatinya justru kehilangan rasa pelayanan itu sendiri. Sesungguhnya tak ada satu sistempun yang bisa melahirkan hati yang penuh pelayanan. Pemilik hati yang penuh kasih tak butuh iming-iming untuk melakukan tindak pelayanan. Ia tak butuh kapling di surga yang nyaman setelah kematian. Ia tak butuh motivasi apapun, segala motif luaran, untuk melakukan pelayanan.

Jika kamu merasa iba pada penderitaan rakyat Lebanon hanya karena mereka pemeluk agama yang sama denganmu – maka kamu tak layak disebut pelayan. Kamu harus merasakan bahwa penderitaan mereka karena memang mereka sungguh menderita. Dan, ini sangat tidak manusiawi membuat orang lain menderita. Di balik penderitaan rakyat Lebanon, bukan hanya Israel yang bersalah. Kelompok Hisbullah juga sama salahnya. Mereka seperti negara dalam negara. Dan, oleh karena itulah, Negara Lebanon bersalah pula. Bagaimana bisa mereka membiarkan tumor ganas organisasi militan semacam itu eksis di tubuh negara mereka?

Jika kamu mendukung agresi Israel hanya kerena kamu terlahir sebagai seorang Yahudi, maka kamu menjadi agresif pula. Lantas, kamu juga bersalah karena tindak kriminal dan kekerasan semacam ini. Apakah kamu tak pernah berfikir bahwa kamu bukanlah pelayan dengan mendukung agresi semacam itu?

Pelayanan tak bisa dilakukan dengan hanya mendukung sebuah ideoloi saja.

Pelayanan harus dilakukan untuk mendukung nilai-nilai universal.

Pelayanan macam apa yang terkandung dalam sebuah agresi?

Seorang pengacara atau tim pengacara yang membela teroris juga tak layak disebut pelayan, walau mereka mengkalim demikian. Mereka mengkalim bahwa mereka tak mendapat bayaran dari para teroris tersebut. Itu membuat mereka tak lebih baik dari para teroris itu sendiri. Mereka berjuang untuk sebuah ideologi kekerasan, sebuah ideologi yang tak bisa disebut pelayanan. Kebajikan macam apa yang dilakukan dengan membunuh orang-orang yang tak bersalah, mengebom area publik dan merusak citra negara sendiri?
Sebuah kebajikan selalu membawa kebahagiaan bagi banyak orang, bagi sebanyak mungkin orang, ya sebanyak mungkin. Dan, orang yang penuh pelayanan ialah ia yang terlibat dalam hal semacam ini.
Orang yang penuh pelayanan, seseorang yang hatinya penuh kasih, tak bisa dibatasi dengan empat tembok dalam rumahnya sendiri. Orang semacam ini selalu mencoba keluar dari dalam rumahnya, untuk membebaskan dirinya dari segala kewajiban, sehingga mereka bisa melayani semua.
Dengan mengatakan ini, tentu saja aku tak bermaksud bahwa mereka harus melarikan diri dari tanggungjawab. Tidak. Justru mereka bekerja super keras untuk memenuhi segala kebutuhan mereka, menyelesaikan tanggungjawab atas keluarganya – sehingga dapat melakukan hal lain. Sehingga mereka dapat bergerak dan bertindak demi nilai-nilai yang lebih tinggi.
Donasi, cara ini, adalah hanya satu aspek dari pelayanan. Ini sama sekali bukan aspek satu-satunya. Dalam realitasnya kamu tak dapat mendonasikan apapun tanpa rasa pelayanan. Saat kamu mendonasikan secara tak ikhlas, kamu tak bisa di sebut pelayan. Ini juga tak bisa di sebut pelayanan saat kamu membagi unag supaya mendukung partai tertentu yang memiliki agenda terselubung dalam pemilu. Setiap donasi yang diberikan, setiap tindakan pelayanan yang dilakukan, segala sesuatu yang dilaksanakan dengan ekspetasi tertentu – tak bisa disebut sebagai pelayanan.
Pelayanan dilakukan tanpa mempedulikan hasil.
Pelayanan dilakukan semata karena kamu penuh kasih. Ini adalah bagian dari fitrahmu. Segala sesuatu yang tak alamiah – bukanlah pelayanan.
Belajarlan menjadi pelayan dari alam sekitarmu.
Matahari memberimu cahaya tanpa ekspektasi apapun. Bulan bersinar tanpa berharap balasan. Angin berhembus karena memang berhembus adalah perannya dalam alam ini. Air mengalir atas iramanya sendiri. Dan, kita menerima rahmah, manfaat dari mereka semua. Kita mengambil manfaat dari mereka karena semata menjalankan peran dalam alam ini. Mereka tak menginginkan hal yang lain.
Dengan menjadi pelayan, kita menjadi diri kita sendiri.
Dengan menjadi arogan dan tak melayani, kita melawan takdir kita sendiri. Sebagai akibatnya kita menciptakan masalah bagi diri kita sendiri.
Dengan menjadi pelayan, kita tak melakukan apapun demi kebaikan orang lain.
Sesungguhnya, sebuah tindakan pelayanan bermanfaat bagi diri kita sendiri – karena ia menghubungkan kita dengan takdir kita! Jadilah seorang pelayan, sehingga, ini demi kebaikan diri kita sendiri.
Keluar, tinggalkan cangkangmu, dan terjunlah ditengah-tengah mereka yang miskin, rapuh, tak berdaya…Rasakan penderitaan mereka, rasa lapar dan kehauasan mereka….rasakan itu semua sampai air mata menetes dari kelopak matamu dan hatimu berdarah…Dan, kamu akan secara otomatis sekali bergerak untuk melayani mereka. Pelayanan macam ini menjangkau mereka yang paling diabaikan, menurut pendapatku, ini adalah pelayanan yang sesungguhnya.

Kamu tak harus menunggu pers datang dan meliput aksi pelayananmu ini. Pelayanan tak ada kaitannya dengan liputan media. Hari ini koran masih berharga untuk dibaca besok hanya menjadi limbah kertas saja. Jadi, jangan terlalu menghiraukan liputan media!

Jangan kamu bertindak seperti para politisi malang dan partai politik yang menghamburkan uang untuk iklan dan kampanye tentang pelayanan ketimbang melakukan tindakan pelayanan itu sendiri!

Hal lain yang amat penting. : Menjadi pelayan berarti juga menjadi amat cerdas. Pelayanan adalah sebuah tindakan yang berasal dari pikiran yang tajam. Otak yang tumpul hanya bisa mendonor uang dan mereka tak bisa melayani. Dan kita, kita telah melihat perbedaan antara keduanya. Orang yang tumpul pemahamannya tak bisa melakukan pelayanan – paling banter mereka bisa membantu. Dan, hal ini menggelembungkan ego mereka. Bantuan semacam ini tak meningkatkan kesadaran mereka sama sekali.

Beberapa waktu lalu ketika rangkaian gempa bumi meluluh–lantakkan kota Jogjakarta, banyak orang, organisasi, bahkan pejabat datang untuk membantu. Saat ini mereka tak begitu lagi membutuhkan pangan, obat dan pakaian. Teman kita yang mengikuti perkembangan situasi ini dari dekat dan intens memutuskan untuk melayani dalam satu hal yang amat spesifik yang tak seorangpun sama sekali memikirkannya, yakni membantu mereka mengatasi stres dan trauma. Untuk mengangkat kembali semangat mereka dan energi kehidupan sehingga mereka dapat kembali bekerja tak hanya mengantri di depan dapur umum gratisan yang banyak tersebar di daerah tersebut. Mereka berhasil, dan Pemerintah daerah mengetahui hal ini dan mengunjungi posko mereka, bahkan bernyanyi dengan mereka. Ini adalah cara yang cerdas untuk melakukan pelayanan. Ini menjadi sebuah pelayanan dalam arti yang sesungguhnya.

Curahkan waktumu; berikan energimu. Pada hal yang penting. Banyak orang bisa memberi uang, tapi hanya sedikit yang benar-benar bisa memberikan waktu dan energinya. Jangan kamu menjadi bagian dari banyak sukarelawan yang sering kamu lihat, tak satupun dari mereka yang benar-benar sukarelawan. Sebagian besar dari mereka dibayar, entah oleh pemerintah atau oleh institusi yang mereka wakili. Banyak dari mereka yang disewa oleh apa yang di sebut LSM, mereka menuntut bayaran lebih banyak ketimbang gajimu dan gajiku. Mereka adalah pekerja biasa, mereka bekerja untuk hidup. Mereka mendapat bayaran untuk pekerjaan mereka. Dan tak pantas disebut pelayan.

Aku tak mengatakan bahwa mereka tak dibutuhkan. Mereka dibutuhkan juga. Tapi mereka bukanlah sukarelawan dalam arti kata yang sebenarnya. Mereka pekerja bayaran. Mungkin instrtusi yang mereka wakili menyebut sebagai pelayan. “Mungkin”, karena walau tetap ada pengecualian. Banyak institusi yang memiliki agenda terselubung yakni mempromosikan ideologi tertentu lewat karya pelayanan mereka.

Sepenuhnya pilihan ada ditanganmu, sekarang – kamu mau menjadi pelayan atau pekerja bayaran. Jika kamu memilih menjadi pelayan, maka persiapkan dirimu untuk waktu-waktu yang penuh kerja keras di masa depan. Karena pelayanan menuntut pengorbanan. Pelayanan sinonim dengan pengorbanan. Hanya meluangkan sejumlah waktu dan energi untuk cita-cita ini mungkin tak bakal cukup. Kamu harus menyerahkan kepalamu untuk ini. Dan itulah Puncak Tindakan Pelayanan.

Tidak ada komentar: